Pastinya bukan ‘AKU’ orang pertama kali yang pernah mampir
di tempat gelap yang satu ini. Sebelum aku menginjakkan kaki di mulutnya
(waduh!! Gimana dia makan kalau mulutnya diinjak), sudah puluhan, ratusan
bahkan ribuan orang yang pernah berdiri di sini. Jadi, ‘AKU’ ga boleh ngerasa sombong atau
sok-sok’n dengan dikasih ijin numpang berdiri.
Kalau
sudah sampai di mulutnya, rasanya rugi banget kalau ga masuk. Sebelum masuk, kita
kudu check perlengkapan dulu. Mulai dari perlengkapan pakaian yang kita pake,
helm n headlamp. Untuk perlengkapan tambahan seperti daypack yang
berisi tali, carabiner, screw, baterai cadangan, camera, dll. Bismillah,
mulai dech masuk ke dalam gua.
Kita
kudu ingat, apa tujuan kita masuk ke dalam gua. Kalau aku, tujuan masuk ke gua tujuan
hanya ingin mengetahui pemandangan lain yang belum pernah ku lihat nyata di
dunia luar. Wow, ternyata luar biasa banget. Jauh dari apa yang aku bayangkan
selama ini. Bukan seperti gua-gua yang ada pada sinetron Tutur Tinular itu.
Seolah seperti kerajaan tersembunyi yang dipenuhi kemewahan, kemegahan dan
tahta yang tak terlihat.
Owh, ketika memasuki, suara riuh
kelelawar dan wallet semakin bersahutan. Entah mereka menyambut adanya cahaya
atau malah mereka merasa terganggu dengan kehadiran ini, aku tak tahu.
Sederhananya, suara-suara itu memberi nyawa dalam hening dan pekatnya
kegelapan. Ternyata, tak selamanya nada-nada tanpa melodi itu menghiasi
frekuensi gema di kupingku. Semakin aku berjalan terus ke dalam gua, keriuhan
burung-burung itu semakin pelan, kecil dan hilang perlahan.
Namun, semakin aku menelusuri,
aku semakin tak ingin berhenti. Semakin aku berjalan, keindahan dan kemegahan
di dalamnya semakin terlihat, semakin indah. Subhanallah. Ini aku kasih lihat
beberapa jepretan yang berhasil didokumentasikan.
1.
Stalagtit
2.
Stalagmit
3.
pilar
4.
Sodarstrow
5.
Drapery
7.
goardam
0 comment:
Posting Komentar