Selasa, Desember 13

Sebenarnya, ini Hanya Proses Pencarian Diri

olehh Yulia Gustina Nasrul di 12/13/2011 08:08:00 PM




Sebenarnya, Ini Hanya Proses Pencarian Jati Diri
           
Sembilan belas tahun sudah berlalu. Namun,kegelisahan tentang diri ini masih menyelimuti hati. Aku masih belum tahu apa tujuan hidupku yang sesungguhnya. Selama ini, begitu banyak cerita dan kisah yang telah ku tuliskan. Begitu banyak jejak yang telah ku tinggalkan. Begitu banyak peristiwa yang telah ku lewatkan. Begitu, hanya pencarian sebenarnya belum ku temukan karena aku memang belum tahu tentang itu.
Masalah, bahagia, biasa – biasa saja datang silih berganti mewarnai hidupku. Tetap saja, belum ada hal yang membuat hidup ini tenang tentang makna tujuan yang akan dicapai. Aku terus berjalan tanpa banyak berpikir mengenai tujuan tadi. Mengenal Tuhan, aku kenal seperti yang aku tahu bahwa Dia yang tlah menciptakanku. Namun, aku juga belum menemukan arti, mengapa Dia menciptakanku? Sementara aku hanya bisa berbuat dosa?
Mengenal Tuhan, seperti yang tadi aku sebutkan, aku mengenal Allah sebagai pencipta, aku kenal Dia sebagai pemberi rizki kepada hamba-Nya. Namun, aku tetap tak bersyukur atas apa yang telah ku terima. Aku selalu mengeluh tentang apa pun itu. Aku malah semakin lalai atas perintah Allah.
Pernah, aku mengenal Allah lebih dari sebelumnya. Aku bukan pamer. Ketika itu aku rajin sholat, tak hanya sholat wajib yang lima kali sehari semalam, akan tetapi aku juga melaksanakan sholat sunat (rawatib, dhuha, tahajjud kadang – kadang). Selain itu, aku juga tak lupa untuk mengerjakan puasa senin dan kamis. Saat itu, aku sedikit merasakan ketenangan. Hidup ini seolah terasa tanpa beban, tanpa masalah. Kalau pun ada, masalah itu dapat diselesaikan dengan perasaan tenang.
Semua tak bertahan lama. Beberapa waktu setelah itu, aku mengelah seorang pria yang menurutku sangat baik. Dia rajin beribadah dan juga pintar. Dia menjadi kebanggaan di sekolah karena prestasi yang telah diperolehnya. Selain itu, dia juga ramah pada semua orang. Hmm, wajahnya juga lumayan tampan. Ouphz, aku mengaguminya. Kagum atas sikap dan perilakunya. Kagum atas prestasinya. Kagum atas ibadahnya. Satuy lagi, aku mulai tertarik padanya.
Ah, tak ku sangka, dia juga tertarik padaku. Dia juga menyukaiku. Hanya saja aku tak tahu alasan apa yang membuat dia menyukai ku. Lama proses menuju kedekatan kami. Namun akhirnya, kami jadian. Tepatnya pacaran. Memang indah yang kurasakan saat itu. Hari – hariku mulai diwarnai dengan canda tawanya. Setiap saat hanya ada dia. Bagaimana tidak? Pagi bangun tidur, kami telponan. Mau berangkat sekolah, sms-an dengan dia. Sedang belajar pun kami tetap komunikasi. Pulang sekolah, telponan saling menceritakan peristiwa di sekolah tadi. Malam, juga telponan sampai kami sama – sama tertidur dalam dan telp masih dalam keadaan tersambung. Begitu lah hari – hari ku bersamanya. Setahun terlewatkan dengan semua itu, hingga akhirnya aku mengetahui bahwa dia selingkuh. Lebih parah dari itu, apa yang sudah dilakukan dengan selingkuhannya sudah diluar jangkauan akalku.
Aku baru menyadari, ternyata selama bersamanya hidupku jauh dari Tuhanku. Aku bahkan melupakan apa yang seharusnya selalu ku ingat. Yang ada hannya dia dan dia. Baru juga aku menyadari, selama bersamanya, hidupku selalu bermasalah. Hanya saja itu tertutupi untuk ku ungkap oleh dia yang selalu seolah hadir untukku. Aku menyesal. Sangat menyesal. Sesaat rasa penyesalan itu, saat dia ingin kembali kepadaku. Aku menerima dia kembali dalam hidupku. Namun, banyak pihak yag melarangku.
“Yulia, belum cukupkah dengan apa yang sudah terjadi selama ini? Berhentilah untuk urusi masalah yang seperti it uterus.”
Namun, dalam pikiranku, ini adalah jalan hidupku bersamanya dan semua masalah yang terjadi adalah berupa pengorbanan dan perjuanganku bersamanya. Jadi, hanya sebagai bumbu dalam suatu hubungan. Itu yang aku pikirkan.
Uft, salahku selama ini. Terlalu mengagungkan cinta pada manusia yang juga diberi cinta. Aku terluka saat tak hanya aku yang menjadi pacarnya. Masih ada dua orang lagi. Dan itu lebih dari aku. Dari hal itu, ku pikirkan baik – baik semua yang telah terjadi selam bersamanya.
-          Dia bukan menuntunku menjadi lebih baik, tetapi membawaku ke jurang neraka yang paling dalam.
-          Dia bukan memberiku cinta dengan ketulusan, tetapi mengajariku cinta dengan nafsu.
-          Dia bukan lelaki baik – baik seperti yang pertama kali ku kenal, tetapi lelaki yang haus akan wanita.
-          Dia bukan lelaki taat ibadah seperti pertama kali ku kenal, tetapi lelaki yang tak takut akan dosa.
Begitu aku mengenalnya sekarang. Aku melupakan Tuhanku karena dia. Dia sangat licik dengan perhatian yang diberikannya. Aku tak ingin membenci, tetapi aku tak ingin lagi mengenal yang seperti itu. Sudah cukup.
Itu, hanya sedikit yang telah terlewatkan. Aku tak mau jatuh lebih dalam lagi. Saat seperti ini, aku begitu butuh Allah. Aku kembali sholat, baca Qur-an. Aku mulai mendapat ketenangan lagi, namun aku belum mampu untuk lupakan dia seutuhnya. Disinilah, awal pencarian, siapa aku seutuhnya? ,..,.,

0 comment:

 

Tanpa Nama Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei