Kamis, Januari 26

DIKLAT SARCA XXII KCA-LH RAFFLESIA

olehh Yulia Gustina Nasrul di 1/26/2012 09:25:00 AM



lagi makan setelah melakukan
survival selama empat hari


looking for nature




bersama buti di BC
setelah pelantikan CAR
 " SEMUA TAK KAN PERNAH SIA _ SIA JIKA DILAKUKAN DENGAN NIAT YANG TULUS "


bErsaMa udA lEo
Setapak demi setapak, raga kecilku telah menginjakkan sebuah catatan mungil di hamparan bumi yang tiada bertepi ini. Telah ku lalui hidup ini dengan perjuangan. Setiap langkahnya meninggalkan sebuah kenangan yang mewarnai setiap jejak itu. Entah sudah berapa langkah yang telah ku lalui dalam hidupku. Entah berapa jejak kaki yang telah terukir dalam perjalanan hidupku. Semua terasa begitu cepat dilalui. J J J
Dan, salah satu langkah yang bermakna itu adalah ketika aku mengikuti DIKLAT SARCA ke XXII yang diselenggarakan oleh KCA-LH Rafflesia FMIPA UNAND. Berkelebat dengan kata – kata yang kurang memihak oleh kegiatan yang akan ku ikuti ini, semakin tipis harapan untuk bisa turut serta di dalamnya. Syukur beribu syukur, orang tua memberi izin kepadaku untuk mengikutinya. Jika dibuat perbandingan dari semua orang yang dekat denganku, 10% yang menyetujui “aku berpartisipasi” dalam acara ini dan 50%-nya nyaris menentang dan 40%-nya tidak menyetujui. Yeah,!!
“Yang menjalani hidup saat ini adalah kamu bukan orang lain, nak. Jadi, jika kamu pikir itu baik, maka lakukan. Jika tidak, maka menjauhlah dari hal itu.” Itu adalah kata – kata bijak dari ibu dan ayahku. So, whatever ,..,.,.,..,. Niatku juga sudah kuat untuk ikut, ya ikut aja.
Sebuah kronologi, mungkin tak bisa ku ingat detailnya dari awal sampai akhir yang membentuk sebuah kenyataan yang terarah. Namun, mampu ku ungkap dari setiap jejaknya. Kami adalah sebuah tim. Beranggotakan 6 orang siswa (Afdal Fajri Salim (siswa 001); Ardika Dani Irawan (siswa 002); Yulia Gustina (siswa 003); Leo Darmi (siswa004); Annisa Izmi Aulia (siswa 005) dan Buti Yohenda (siswa 006)) dan salah satu siswa ditugaskan sebagai komandan regu atau ‘DANRU’. Berdasarkan peraturan, setiap hari selama diklat, danru harus diganti. Long mark. Adalah kegiatan pertama yang kami lakukan setelah upacara pembukaan. Danru saat itu adalah saudara 006. Bukanlah sebuah perjalanan yang panjang sebenarnya. Namun karena kami membawa carrier yang isinya full dengan pakaian, logistic, dan perlengkapan lainnya untuk camp, maka perjalanan pun terasa sangat jauh dan melelahkan. Dalam lelah itu kami saling bertanya, kemana kita sebenarnya? Tanpa tahu arah yang akan dituju, instruktur sebagai koordinator lapangan terus membawa kami menelusuri jalan setapak yang tidak kami ketahui. Diam dalam letih. Hanya itu yang ada. Dan terkadang istirahat untuk menyeka keringat. Dalam diam, terlintas dibenakku sosok jangkung ayah yang bekerja keras untukku. Keringatku saat ini belum ada apa – apanya dibandingkan cucuran keringat saat ia bekerja. Sulit untuk diceritakan, namun perjalanan ku dengan carrier ini, benar, membuatku menyadari ketidakpedulian ku kepada orang tuaku. L L L
Segala sesuatu yang berawal pasti juga akan berakhir. Perjalanan yang melelahkan itu kini telah sampai pada perhentiannya, yaitu camp belajar. Di sini, ada dua buah camp yang letaknya berdekatan. Hanya saja, sebuah lembah kecil menjadi perantara. Camp yang pertama digunakan untuk belajar dan camp dua untuk kami istirahat dan belajar. Di tempat inilah aku dan saudara – saudara yang lainnya saling mengenal. Walau pun selama Long marks kami sudah bersama, kedekatan sebagai “SAUDARA” itu belum tercipta. Kata saudara itu hanya sebagai aturan yang harus dipatuhi. Di camp inilah kami saling mengenal satu sama lain. Berusaha menyatukan semua perbedaan yang ada. Hampir semua kegiatan kami lakukan bersama. Dapat TP, belajar, makan, apel, tempat tinggal, jagain api unggun, semua kami lakukan bersama. Terlebih, lelah pun kami rasakan bersama.
Omongan – omongan ngawur saling bergantian terdengar dari dan untuk kami. Berusaha melepaskan lelah yang terus menghinggapi dari kegiatan yang kami lakukan. Pernah dan bahkan sering kata – kata untuk kabur, mengundurkan diri, nyerah, ga sanggup dan sebagainya kami utarakan diantara  kami. Entah hanya untuk menghibur diri atau memang itu yang telah terniatkan. Aku tak tahu. L
Walau pun lelah, namun banyak hal yang aku dan saudara – saudaraku dapatkan. Kami telah dikenalkan dengan Filosofi pecinta alam, survival, manajemen ekspedisi, caving, medis lapangan, SAR dan ESAR, climbing, mountaineering, botani-zoologi, navigasi darat dan pengalaman lainnya yang diceritakan oleh instruktur  kepada kami. Dari banyak materi yang telah diajarkan ini, tidak semua materi yang nyangkut di otakku. Hanya beberapa yang mampu ku ingat. Dan juga ada game – game menarik yang diberikan kepada kami. Dari game ini, aku dan saudara – saudaraku diajarkan untuk saling mengenal (bukan hanya sekedar tahu), saling menolong satu sama lain, saling menghargai keputusan orang lain, percaya kepada leader dan kompak. Game pertama sampai game ke enam mampu kami selesaikan dengan baik. Pada game ke tujuh, kami mulai tak karuan. Lebih satu jam berpikir bagaimana cara menyelesaikan game ini, namun tetap tak mampu kami selesaikan. Ide – ide saling muncul, namun ketika ide itu masih tengah perjalanan, ide yang lain muncul dan langsung berubah ke ide yang baru. Begitu berlajut hingga saat yang agak lama. Di sini, kami tak sadar bahwa ternyata kami masih memiliki ego yang tinggi dan ego itu tak mampu dikalahkan. Terlebih malam semakin larut dan rasa kantuk datang menyergap kami serta lelah hari ini pun belum terobati.
Melihat kondisi kami yang semakin kacau, instruktur memberi waktu istirahat kepada kami dan mengatakan ,”Kalian adalah sebuah tim. Tim itu tidak akan sukses apabila kalian tetap mengemukakan ego kalian itu.”
Yeah, kami berenam sama terdiam setelah mendengar kata – kata itu. seolah tersadar dari kesalahan yang sangat fatal. Memang benar, egoisme itu masih menguasai diri kami. Lama berpikir dari kegagalan game ketujuh, kami lanjut dengan game kedelapan, sembilan dan game kesepuluh. Berkat kesadaran dari kesalahan sebelumnya, kami mampu melewati game itu. huft……….
Kini tiba saatnya untuk praktek lapangan. Yang terpikirkan olehku hanya mendaki Bukit Barisan, menuruni lembahnya dan menelusuri lekuk – lekuk sungai di sekitarnya. Apa yang terjadi? Semua sangat jauh meleset dari apa yang ku bayangkan. Pada camp pertama setelah camp belajar, senja semakin memayungi bumi disertai tetesan hujan yang semakin membuat kami kalu dengan keadaan. Permasalahan kami waktu itu adalah tenda untuk istirahat belum ditegakkan. Hujan semakin lebat dan makanan untuk makan malam belum dimasak. Kayu basah semua. Owh, tidak.,.,..,.,
Setelah tenda didirikan, kami dibagi tugas untuk membuat jerat dan memasak makanan untuk makan malam. Satu lagi kesalahan kami, beras yang sudah dicuci, tumpah. Oh, karena itu kami mendapat tindakan perbaikan. Inilah yang paling banyak. Malam, aku tidak tahu entah jam berapa waktu itu, terdengar panggilan dari instruktur, “SISWA NGUMPUL, dan bawa carrier kalian!”
Dengan segera kami semua terbangun, tergesa – gesa, pusing. Apa yang terjadi waktu itu? Semua logistic kami disegel. Yang disediakan hanya ± setengah liter beras dan garam. Yang lainnya disegel dan tidak boleh dibuka. Itu artinya kami akan SURVIVAL. Oh, my god !! hal yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya.
Hari pertama survival, saudara 004 menemukan nangka hutan di dekat sungai. Nangka hutan itu kami masak. Alhasil, karena kami tidak tahu cara memasaknya, nangka itu terasa pahit, sangat pahit. Terpaksa, tak ada sarapan untuk survival hari pertama. Perjalanan tetap dilanjutkan dengan carrier yang menggantung di punggung. Sementara istirahat, aku dan saudara yang lainnya mencari bahan makanan agar tetap bisa bertahan selama survival. Di tengah itu, aku mulai merasakan letih yang teramat pada pendakian pertengahan Bukit Cimporong sementara yang lain masih mencari rebung. Pusing, tulang – tulang ku terasa rapuh dan menggigil. Namun, semangat masih kuat untuk tetap melanjutkan perjalanan itu. karena carrierku terlalu berat, maka aku change dengan saudara 004. Letih tetap tak mampu ku tahan. Akhirnya sampai camp dua, ragaku benar – benar terasa lemah. Untuk berdiri pun aku sudah tak mampu. Gelap.
Aku, sedikit tersadar ketika instruktur Eca membangunkanku. “Mana semangatnya Yulia? Coba perhatikan saudara – saudara yang lain sibuk membuat tenda untuk malam ini. Yulia nggak kasihan melihat mereka? Mereka juga lelah sama dengan Yulia.” Terdampar dari mimpi yang masih tertidur dan lamunan yang masih menyimpan tanya, tundukan luka menyayat setiap kepingan hati yang tak terurus. Galau. Teriris oleh kata – kata bijak yang menghantam kalbu, nafas pun semakin sengal untuk terus menahan. Berontak. Hati terus berkata – kata tanpa henti. Tanpa tahu untuk apa kata – kata tersebut terus tersimpan mati dalam ruang hampa tanpa suara itu. Teriakan yang tak terdengar dalam ruangan itu, membuat raga ini semakin sesak dan tak karuan.
Antara mmenyerah dan semangat. Aku mengira, dengan kondisiku yang lemah seperti ini, instruktur akan memberikan sedikit makanan agar aku mampu bertahan. Tidak, ternyata. Semampuku, ku coba untuk bangkit dan membantu saudara – saudaraku. Nyaris tak sadarkan diri, aku terkapar di atas rerumputan yang ku pijaki. Subhanallah. Saudara – saudaraku yang lain memberiku semangat. “Kita saudara, coba ingat berapa hari yang telah kita lalui bersama selama ini? Berapa banyak hal yang kita perjuangkan untuk bisa sampai di sini? Kita bersama. Jangan menyerah. Sebentar lagi survival ini juga akan berakhir. Yulia pasti kuat. Pasti. Kita pergi bersama, kita akan lulus bersama dan akan pulang bersama.” Kata – kata Ucha yang mampu memberikan efek luar biasa pada pola pikir dan semangatku.
Saudara 005 benar, aku tak boleh menyerah. Aku pasti mampu untuk menjalani semua ini. Dengan modal semangat itu, sakit yang tadi kurasakan sedikit terobati. Terlebih, aku ingat saat – saat tertawa dan kesal bersama di camp belajar. Oh, aku merasa mereka adalah bagian dari hidupku. Begitulah, saling memberi semangat saat yang lain mulai down. Saling menolong saat yang lain butuh pertolongan. Saling mengerti dan memahami. Rasa kebahagiaan yang teramat untukku bisa bersama mereka. Ketika aku lemah, saudara 006 menyuapiku makan. Memberi semangat untukku. Menyeka air mata yang mengalir di pipiku ketika aku tak mampu untuk bertahan. Benar, mereka adalah saudaraku.
Semakin mendekati finish, perjalanan terasa semakin menguji kesabaran kami. Hanya dengan mengandalkan semangat dan makanan hutan yang kami temui di sekitar jalan, aku dan saudara – saudaraku masih tetap setia mengikuti instruktur yang arah perjalanannya tidak kami ketahui. Di tengah perjalanan survival pun , kami tetap melakukan praktek yang telah diberikan materinya selama di camp belajar seperti praktek membuat tandu, membuat bivak untuk tempat bermalam, praktek SAR dengan metode pencarian close grid. Selain itu juga praktek navigasi darat dengan orientasi medan. Untuk tetap bisa bertahan selama perjalanan, kami memanfaatkan buah Melastoma malabathricum untuk di makan. Selain itu juga ada udang, belalang dan berudu. Walau tanpa makanan pokok, kami akan buktikan bahwa kami bisa lewati semua itu.
Finally, kami bisa bertahan dan sampai di sekre Rafflesia dengan sehat dan selamat setelah melakukan upacara penutupan diklat di samping gedung dekanat FMIPA. Lebih sehat lagi, sesampai di sekre, makanan untuk ‘berbuka survival’ telah tersedia. Dan, kami telah diperbolehkan untuk mengganti pakaian kami. J J J
Satu lagi hal menarik yang ku lewati, jam 4.00 dini hari di belakang sekre,
“SISWA KUMPUL!!!” ^??+++???^
Dengan buru – buru, kami bangun dari mata yang baru saja terpejam karena semalam kami begadang. Pakaian lengkap seperti diklat kemaren, kami berbaris di depan bendera Merah Putih dan bendera Rafflesia yang di sekitarnya telah berdiri instruktur dengan posisi siap. Setelah Danru melapor untuk menerima instruksi selanjutnya,
“UPACARA PELANTIKAN ……”
Wow, salut banget. Baru sore kemaren selesai diklatnya, sekarang pukul 4.00 dini hari telah diadakan upacara pelantikan SISWA menjadi CAR. Benar – benar membuatku, TAKJUB. Dan sekarang, aku sudah menjadi CAR dengan nomor registernya CAR 00412. Ardhika Dani Irawan (Car00112), Buti Yohenda (Car00212), Leo Darmi (Car00312), Annisa Izmi Aulia (Car00512) dan Afdal Fajri Salim(Car00612).
Makna apa yang ku temui selama perjalanan itu? Kita tak kan bisa hidup sendiri tanpa ada orang lain di sekitar kita. Percaya pada orang yang sudah kita tunjuk sebagai pemimpin. Ego itu mampu kita kalahkan dengan memberikan peluang kepada orang lain untuk mengeluarkan pendapatnya. Nikmati apa yang sudah ada dihadapan kita, hingga tak kan terasa pahitnya. Hidup kita tergantung apa yang kita pikirkan, so be positive thinking. Semakin besar pengobanan kita terhadap sesuatu, maka semakin berharga sesuatu itu untuk kita
Enam poin di atas adalah motivasi baru yang ku dapatkan dari pengalaman pribadi ketika DIKLAT SARCA, bukan ku dapatkan dari orang lain. Yang terakhir adalah, aku menyadari kesalahanku karena selama ini kurang peduli terhadap keluh kesah orang tua yang telah membesarkanku dengan jerih payahnya dan aku juga tidak bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikan kepadaku. Itu sangat ku sadari saat ini, setelah wonder experience.,.,…,thankz for KCA-LH Rafflesia.
 Created by:       Yulia gustina


masak dengan nesting dan kayu
Paku 
foto2 ketika melakukan orientasi
nada (navigasi darat)

0 comment:

 

Tanpa Nama Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei