Aku tak punya alasan pasti untuk sebuah perjalanan
yang orang lain bilang aku tak kan sanggup melakukannya. Aku hanya mencoba
menemukan sesuatu yang baru dalam hidupku, batinku. Ah tidak juga, aku telah
terlalu sering menghabiskan waktu untuk hal yang satu ini. Berpetualang ke
gunung. Ya, itu yang sering kulakukan. Mereka selalu bilang aku tak kan sanggup
membawa carier dengan badanku yang kecil. Namun itu juga yang ku lakukan setiap
kali mereka mengatakan hal yang sama, hingga mereka bosan. Kata-kata itu tak
lagi keluar, tapi aku masih melakukan hal yang sama. Sampai sekarang aku masih
belum menemukan jawabannya.
Alm. Soe Hok Gie sang demonstran pernah mengatakan “Hidup adalah soal keberanian menghadapi
sesuatu yang kita tidak pernah mengerti, terimalah, hadapilah!” Ini bisa
jadi. Ketika aku telah mengerti, aku akan berhenti.
Berdiri di sini, di cadas ini selalu ku rindukan.
Menikmati angin yang menyentuh lembut pipiku, menatap hamparan bangunan di
bawahku. Aku tinggi, berada di puncak gunung yang tak semua orang bisa
melakukannya. Namun ada hal yang ku sadari di sini. Aku menyadari bahwa aku
adalah makhluk yang kecil. Tak ada yang bisa melihatku di sini.
Dari kekosongan hatiku terdalam, ku hilangkan semua
egoku, ku campakkan semua kesombonganku. Tak ada yang bisa ku banggakan dari
hidupku. Semua milik-Nya yang Esa. Di sini, aku menikmati itu, menikmati kala
hatiku meronta dengan penyesalan. Menikmati kala hatiku terenyuh pasrah. Di
sini aku tersadar, aku hanyalah seonggok daging yang diberi nama. Lantas apa
jadinya seonggok daging itu bila ia tidak mensyukuri. Di sini aku bisa menangis
sekerasnya. Meraung sampai air mata tak lagi bisa menetes. Terisak hingga
nafasku tak lagi terdengar. Hingga akhirnya, selalu ada penyesalan yang
membuatku kalu.
Lelah tak kan menjadi penghalangku untuk kembali
menginjakkan kaki di sini. Ketika kegelisahan mulai merasukiku, ketika hati mulai
resah dengan dunia ini, ketika batin tak lagi menerima kehidupanku, ketika
waktu memberiku kesempatan untuk pergi, aku akan kembali ada di sini, di cadas
ini.
Apakah cadas ini yang membuatku rindu? Atau ratapan
yang membuatku menghampiri cadas ini? Entahlah.
0 comment:
Posting Komentar